YP2N-Bogor, YP2n perwakilannya mengikuti kegiatan Pembekalan Ilmiah Pemuka Agama dan Komunitas Keagamaan tentang Hutan, Manusia, dan Bumi” yang diselenggarakan oleh Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia. Dalam upaya memerangi misinformasi dan memperkuat peran strategis pemuka agama, sebanyak 400 orang pemuka agama dan perwakilan komunitas keagamaan menyelesaikan pembekalan ilmiah intensif selama dua hari. Pelatihan ini fokus pada pemberdayaan peserta untuk mengakses, memverifikasi, dan mengolah data langsung dari sumber terpercaya seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta platform Brain dari C4, khususnya terkait isu lingkungan, perubahan iklim, dan kebencanaan.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara sains dan agama. Peserta tidak hanya diajarkan cara mengakses data real-time dan analisis dari lembaga-lembaga kredibel tersebut, tetapi juga dilatih untuk melakukan verifikasi informasi guna menghindari penyebaran hoaks atau data yang tidak akurat.
Fokus utama pelatihan adalah mengintegrasikan data ilmiah yang terpercaya ini dengan nilai-nilai dan ajaran agama. Tujuannya, agar pesan dakwah—baik secara lisan maupun melalui ajakan aksi nyata—tentang pelestarian hutan, mitigasi perubahan iklim, kesiapsiagaan bencana, dan tanggung jawab manusia terhadap alam, menjadi lebih kontekstual, relevan, berbasis bukti, dan menggerakkan jemaah.
“Dengan fondasi data yang kuat dan dipadukan dengan khazanah keagamaan, dakwah dan ajakan untuk beraksi menjadi lebih tepat sasaran dan meyakinkan,” jelas Dr. Hayu Prabowo selaku fasilitator IRI Indonesia.
Para pemuka agama yang telah dibekali kemampuan ini diharapkan menjadi pionir di level komunitas, khususnya melalui rumah ibadah. Rumah ibadah diproyeksikan tidak hanya sebagai pusat spiritual, tetapi juga sebagai ‘Agent of Change’ atau agen pengubah dalam merespons isu lingkungan dan bencana.
“Ke depan, masjid, gereja, pura, wihara, dan rumah ibadah lainnya diharapkan menjadi pusat penyebaran informasi yang akurat dan penggerak aksi nyata berbasis ilmu pengetahuan dan iman di tengah masyarakat,” tegas Dr. Hayu. Langkah ini diyakini akan memperkuat ketahanan masyarakat dan kontribusi aktif dalam menjaga kelestarian bumi.
Pelatihan ini menjadi langkah konkret dalam membangun kolaborasi antara otoritas keilmuan (BMKG, BNPB), Brin), dan otoritas moral (pemuka agama) untuk menghadapi tantangan lingkungan dan kebencanaan secara lebih efektif dan berbasis data. (/Ali)