Tanaman Transgenik: Inovasi Pertanian dengan Dua Sisi Mata Pedang – Tantangan dan Mitigasi di Indonesia

Bogor-YP2N, Tanaman transgenik merevolusi pertanian global, luas lahan tanam melonjak 100 kali lipat sejak 1996 (54%) di negara berkembang. Di Indonesia, meskipun masih dalam tahap riset, produk impor seperti kedelai dan jagung transgenik telah menjadi konsumsi harian. Inovasi teknologi mengurangi pestisida hingga 49,8% berkat gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Peningkatan produktivitas rata-rata 22,5% berdampak pada ketahanan hama, herbisida, dan cekaman lingkungan. Contoh suksesnya adalah kapas Bt di India yang meningkatkan hasil panen secara signifikan. Golden Rice yang diperkaya vitamin A untuk mengatasi defisiensi nutrisi.

Namun, penerapan tanaman transgenik tidak luput dari kontroversi. Risiko lingkungan seperti polusi gen dan dampak toksin Bt pada ekosistem menjadi perhatian serius. Resistensi hama dan keamanan pangan yang masih diperdebatkan. Integrasi dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) menjadi kunci. Penanaman refugia, rotasi tanaman, dan pengendalian hayati menjadi metode. Regulasi yang terbatas dan belum adanya komersialisasi skala besar menjadi masalahnya. Oleh karena itu, dibutuhkan kepastian hukum, dukungan pemerintah, evaluasi rutin, dan edukasi publik yang transparan. Tanaman transgenik dapat menjadi pilar ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.